Seperti disebutkan pada tulisan sebelumnya bahwa “Mutu air yang baik sangat penting untuk dapat mencetak dengan kualitas tinggi pada proses Offset Lithography”
Klasifikasi air yang digunakan sebagai air pembasah dalam derajat keasamannyaakan diulas dalam tulisan keempat ini.Air setelah dicampur FS (fountain solution) akan bereaksi secara simultan dan “menyesuaikan” derajat keasamannya karena dalam Fountain Solution terkandung larutan penyangga atau buffering agent.
Buffering agent adalah suatu senyawa kimia yang berfungsi sebagai “penyangga” agar nilai keasaman larutan tersebut tetap.
Dengan kata lain Larutanpenyangga (buffer) adalahlarutan yang dapatmenjaga (mempertahankan) nilaipHnyadaripenambahanasam, basa, maupunpengenceranoleh air. pHyang direkomendasikan oleh GATF dan OEM adalah pada kisaran 4.8 – 5.2, umumnya ditetapkan pH terbaik untuk larutan Fountain Solution adalah 5. Larutan buffer initidakberubah (secara konstan) setelahpenambahansejumlahasam, basa, maupun air.
Komponen Larutan Penyangga
Secara umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari:
Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya, campuran ini menghasilkan larutan bersifat asam serta basa lemah (B) dan basa konjugasinya, campuran ini menghasilkan larutan bersifat basa.
Walaupun disebutkan bahwa buffer lah yangmampumenyangga dan menetralkanpenambahanasammaupunbasadariluar, namun seperti kita ketahui bahwa ada batas jenuh yang dimiliki oleh “buffer agent” ini, misalnya akibat dari kontaminasi dan akibat dari pencuci roll air yang alkaline (contoh: sabun), juga akibat dari coating kertas dapat membuat kekuatan buffer agent dalam fountain solution ini melemah dan akibatnya buffer agent tak lagi sanggup menyangga pH pada posisi yang diingankan (diantara 4.8 – 5.2)
Pertanyaan sederhana kemudian timbul, kenapa pH FS itu sebaiknya pada skala 5.? Padahal nilai keasaman dimulai dari angka 0 (dianggap asam) hingga 14(dianggap basa), air biasa pada umumnya berada pada kisaran normal di skala 6 atau 7,
Seperti diketahui dalam FS terdapat komposisi yang terdiri dari bagian bagian yang bekerja secara bertautan dan saling mengikat satu sama lain (kita akan membahasnya dalam tulisan berikutnya), adalah Gum (salah satu komponennya) yang dapat bekerja dengan baik mengikat keseluruhan komposisi tersebut dan secara kimiawi dapat “menghomogenkan diri”/bersenyawa dengan air pencampur, gum akan “bekerja dengan baik” mengikat keseluruhan ion formulasi yang terkandung dalam FS apabila pH berada pada skala 5.
Bagaimana bila pH berada pada posisi < 5…? sebut saja 3, pada keadaan ini Gum akan melepaskan diri dan akan membuat komposisi FS tersebut “tenggelam” dalam larutan air pembasah tadi, yang kemudian terjadi endapan, endapan tersebut menjadi katalis dan mengkristal, pada kondisi tertentu saat plate cetak mengambil air dan tinta, dimana airnya terdapat kristal, maka kristal itu akan bersifat “mengamplas” bagian oleophilic (image area) yang kemudian terjadilah kasus plate rontok.
Lalu apa yang terjadi pada saat pH > 5..? sebut saja 8, pada kondisi ini kembali Gum tak akan bekerja dengan sempurna mengikat keseluruhan komposisi, Gum tidak akan mengikat secara homogen, juga tidak akan menenggelamkannya, melainkan membuat larutan tersebut mengambang dipermukaan air pembasah, pada keadaan ini gum akan mengikat air sebanyak banyaknya dan akan membuat air selalu tak cukup membasahi walau dalam jumlah banyak, sehingga akan berakibat kertas menjadi basah dan tinta yang tercetak akan menjadi lambat kering.
Nah kini kita tahu bahwa tak setiap plate rontok atau istilahnya “plate botak” disebabkan oleh rendahnya proses exsposure time atau over developing plate, dan belum tentu juga karena kualitas platenya, boleh jadi karena pH berada pada skala dibawah 5. Demikian pula bila kita mendapati cetakkan yang tidak kering kering atau kertas yang “terlalu” basah, jangan dahulu menganggap bahwa tinta yang digunakan tidak baik atau kondisi kertas yang penyerapannya terlalu tinggi, mungkin saja akar masalahnya karena pH berada pada skala diatas 5.
pH air pada air pembasah di proses cetak offset lithography awalnya sebagai acuan baku dalam rangkapencapaian kualitas cetak, sebelum pemaparan tentang kadar “kekerasan air” (Conductivity) dijadikan sebagai acuan pengontrol kualitas air pembasah,
Pada prinsipnya secara seluruh hal ini mengacu pada unit pembasahan yang harus “dijaga” tingkat keasamannya (pH-nya)
Seperti kita telah ketahui dalam acuan cetak, dimana bagian image dan non image tingginya datar dan menggunakan prinsip tolak menolak antara air dan tinta. Oleh karena itu unit pembasah menjadi mutlak adanya untuk memberikan pembasahan pada bagian non gambar agar dapat menolak tinta, dengan demikian fungsi rol-rol pembasah adalah mendistribusikan air tanpa terganggu hingga mencapai keseluruh plate cetak pada area non gambar dan membuat bagian non gambar pada pelat selalu dalam keadaan lembab, “penolakan” tinta pada bagian non gambar ini merupakan syarat mutlak agar pembasahan tetap berlangsung dengan baik, disinilah letak kepentingan “sang pH”
Agar pelembaban sempurna maka air pembasah masih ditambah lagi dengan bahan kimia pembantu dimana salah satunya bahan penyangga yang dipaparkan diatas.
Kita mengetahui tidak hanya tinta yang dialihkan ke kertas tetapi juga air pembasah, secara awam air memang tidak terlihat tetapi secara teknis dapat dibuktikan bahwa air yang ada pada pelat juga dialihkan ke kain karet dan selanjutnya ke permukaan kertas dengan demikian berlangsung pula proses pemisahan antara air dengan tinta secara terus menerus pada permukaan pelat sesuai dengan fungsinya masing-masing, kembali pH sangat memiliki pengaruh besar pada proses ini.
Apabila ditemukan kemungkinan pembagian tugas antara air dan tinta tidak berlangsung yang semestinya pada plate, ini karena dua macam zat yang berbeda itu cenderung saling mempengaruhi, apalagi bila perbandingan keduanya tidak seimbang (ini yang kemudian kita sebut Ink and water NOT Ballance)
Gejala ini dapat dilihat antara lain terjadinya noda-noda pada bagian non image atau adanya lapisan warna tipis yang terapung pada permukaan air di bak air pembasah. Sebaliknya sering terjadi hasil cetak tidak sesuai warnanya, akibat jumlah air pembasah yang berlebihan.
Untuk mendapatkan hasil cetak yang baik, dalam arti ketebalan tinta cukup dan warnanya stabil maka harus diupayakan agar keseimbangan penggunaan air pembasah dan tinta terkontrol dengan baik.
Pemberian air pembasah yang baik ditentukan diantaranya adalah dariNilai pH yang telah dibahas diatas (air pembasah berada pada skala antara 4.8 sampai 5.3) disamping penyetelan unit pembasah, kemudianjuga dilihat secara konsep mesin, cara kerja sistem pembasahannya, serta suhu air pembasah, selain itu sifat kertas yang dicetak pun memiliki peran penting bagaimana tingkat keasamannya serta jenis tinta yang digunakan
Bahan kimia pembantu pada sistem pembasahan saat ini (disamping penetapan pH) sudah berkembang sedemikian pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi mesin cetak, diantaranya adalah :
Sistem Pembasahan Aquamatic : Sistem pembasahan ini menggunakan rol karet yang tidak dilapisi kain molleton, sehingga air seakan-akan tercampur dengan tinta. Antara rol air dan rol tinta berhubungan. Yaitu rol hantar tinta juga berfungsi sebagai rol hantar air.
Tinta dan air bertemu bersama-sama di rol distribusi dimana pada rol ini ada dua tugas yaitu menampung air dan tinta sekaligus (ada dua lapisan yaitu tinta dan air). Banyaknya air pembasah diatur dengan besarnya celah antara rol bak air dan rol selanjutnya.
Sistem Pembasahan Konvensional:Pada sistem pembasahan konvensional menggunakan rol karet yang dilapisi kain molleton dan konstruksi rol-rolnya dibuat tersendiri tidak ada hubungan langsung dengan rol tinta. Susunan rol unit pembasahannya pun seakan terpisah dengan susunan mulai dari roll bak air, roll jilat air, roll distribusi lalu roll acuan air (rol form) terakhir air akan masuk ke acuan cetak/silinder pelat.
Sistem Pembasahan Alkohol Sistem pembasahan alkohol merupakan penyempurnaan dan pengembangan dari sistem pembasah konvensional dan sistem pembasah aquamatic.
Sistem alkohol dibagi menjadi dua pengembangannya yaitu :
- Sistem Konvensional Alkohol Sistem ini rol pembasah sama pada sistem konvensional tetapi dilengkapi dengan sistem sirkulasi dan pendingin sehingga alcohol IPA yang digunanakan tidak mudah menguap. Sistem ini bisa dikembangkan pada mesin-mesin kecil. Continous Dampening System (Alkohol) Pada sistem ini merupakan sistem pembasah yang dikembangkan pada mesin offset besar, sebagai upaya untuk mengurangi lamanya waktu yang digunakan untuk tercapainya keseimbangan air pembasah dan tinta. Pada sistem ini rol acuan pembasah tidak menggunakan kain molleton.
- Sistem Continous karena pada sistem ini rol-rol pembasah dan tinta berhubungan menjadi satu kesatuan yang dihubungkan oleh rol jembatan (bridge rol) dan tidak ada rol jilat pembasah. Hubungan ini terus menerus (continous) berfungsi selama pencetakan berlangsung.
Disebutkan beberapa kesulitan dengan tidak baiknya pengontrolan air pembasah dan terganggunya pH dapat mengakibatkan pengeringan tinta terlambat, kembali penyebab utamanya adalah :
- Air pembasah yang terlalu asam
- Kertas cetak yang diluar batas tingkat keasaman yang direkomendasikan
- Pemilihan tinta tidak sesuai dengan kertas
- Ketebalan cetakan khususnya warna Silver atau Gold,
Hal tersebut diatas dirujuk beberapa penyebab diantaranya akibat dari potensial Hidrogen yang terganggu, terlebih apabila tingkat keasaman kertas yang tinggi(mungkin ada kadar belerang pada kertasnya)sedangkan pada beberapa kasus ditemukan pemudaran warna yang diakibatkan dari pH yang tidak terkawal bisa juga disebabkan oleh kertas yang terlalu basa, atau kemungkinan lainnya adalah pigmen tinta itu sendiri yang tidak cukup tahan terhadap asam dan basa
Maka kemudianpenting bagi setiap kita untuk selalu mengontrol nilai pH agar kualitas air pembasah kita tetap terkawal, memiliki alat pH meter merupakan panduan yang tepat, guna mengontrol ketetapan derajat keasaman yang dikehendaki sesuai dengan sifat buffering agent yang dibawa oleh jenis FS tersebut.
Pastikan nilai pH (potensial Hydrogen) pada skala 5 untuk setiap larutan air pembasah yang kita gunakan untuk mencetak
Betapa hebatnya pengaruh air dalam proses cetak Offset Lithography ini, hingga sering disebutkan dalam survey bahwa 80% problem cetak seringkali ditimbulkan oleh air, namun seringkali air dianggap bukan bagian penting yang diperhatikan, karena selain dianggap “biasa” maka air akhirnya disepelakan penangannya, Dalam beberapa literatur dan grafik data consumable pada operasi cetak Offset nilai prosentase air pembasah tidak lebih dari 1%, namun percayalah apabila kita abaikan yang 1% ini, boleh jadi bisnis cetak yang dijalankan itu keseluruhannya rusak dan tak berarti. (BERSAMBUNG)
Oleh : Kikie Nurcholik – Sekjen Komunitas Printing Indonesia (KOPI)