Jenis Limbah Percetakan
Limbah yang dihasilkan industri percetakan berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah padat percetakan terdiri dari : kertas potongan penjilidan, kertas dari kesalahan cetak atau hasil pencetakan yang tidak lolos quality control, kain lap mesin cetak yang pada umumnya telah terkontaminasi dengan tinta atau bahan pelarut / pembersih lainnya, plastik, dan lain-lain. Sedangkan limbah cair industri percetakan terdiri dari : tinta yang rusak, bahan pelarut, bahan pencair, dan bahan pengering
Limbah cair ini banyak mengandung bahan kimia berbahaya seperti alkohol atau aseton dan esternya, serta logam berat seperti krom, cobalt (bahan keputih-putihan terdapat pada besi dan nikel), mangan dan timah yang dapat larut ke dalam berbagai bahan pengikat.
Teknologi Pengolahan Limbah Percetakan
Tujuan dari pengolahan limbah industri percetakan, adalah untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah supaya menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun atau jika memungkinkan agar limbah percetakan dapat dimanfaatkan kembali (daur ulang).
Ada beberapa teknik pengolahan limbah percetakan yang direkomendasikan, antara lain dengan proses kimia, pembakaran suhu tinggi (insenerasi), elektro plating, destilasi dan destruksi suhu tinggi, yang penerapannya harus disesuaikan dengan karakteristik dari limbah yang diolah.
Proses Kimia ( Oksidasi Reduksi )
Oksidasi adalah reaksi kimia yang akan meningkatkan bilangan valensi materi yang bereaksi dengan melepaskan elektron. Reaksi oksidasi selalu diikuti dengan reaksi reduksi. Reduksi adalah reaksi kimia yang akan menurunkan bilangan valensi materi yang bereaksi dengan menerima elektron dari luar. Reaksi kimia yang melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi ini dikenal dengan reaksi redoks. Reaksi redoks dapat mengubah bahan pencemar yang bersifat racun menjadi tidak berbahaya atau menurunkan tingkat/daya racunnya.
Insenerator
Insenerator adalah alat untuk membakar sampah padat. Insenerator sering digunakan untuk mengolah limbah B3 yang memerlukan persyaratan teknis pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat. Supaya dapat menghilangkan sifat bahaya dan sifat racun bahan yang dibakar, insenerator harus dioperasikan pada kondisi di atas temperatur destruksi dari bahan yang dibakar.
Pengolahan secara insenerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3. Ukuran, disain dan spesifikasi insenerator yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik dan jumlah limbah yang akan diolah. Insenerator dilengkapi dengan alat pencegah pencemar udara untuk memenuhi standar emisi.
Abu dan asap dari insenerator harus aman untuk dibuang ke lingkungan. Kualitas hasil buangan (asap dan abu) banyak dipengaruhi oleh jenis dan karakteristik bahan yang dibakar serta kinerja dari insenerator yang digunakan. Untuk mencapai kondisi yang diinginkan, (dapat mendestruksi limbah menjadi CO2, H2O dan abu) diperlukan suatu insenerator yang dapat bekerja dengan baik yang dilengkapi dengan suatu sistem kontrol pengendalian proses pembakaran agar dapat dipastikan bahwa semua bahan dapat terbakar pada titik optimum pembakarannya dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian teknologi insenerator yang akan digunakan harus dapat mengatasi semua permasalahan dalam pembuangan dan pemusnahan limbah B3.
Elektrolisis
Prinsip dasar pengolahan limbah ini sama seperti pada prinsip pelapisan logam secara listrik, yaitu dengan penempatan ion logam yang ditambah elektron pada logam yang dilapisi, di mana ion-ion logam tersebut berasal dari anoda dan eletrolit yang digunakan. Pada pengolahan limbah ini, limbah yang mengandung logam terlarut bertindak sebagai elektrolit. Logam-logam terlarut yang telah bermuatan listrik akan tertarik oleh katoda dan menggumpal sehingga terpisahkan dari cairannya. Cairan yang telah bebas logam terlarut selanjutnya diproses dengan teknologi lain untuk menghilangkan sifat racunnya.
Secara eletro kimia, prinsip prosesnya dapat dilihat pada diagram sebagai berikut :
Gambar 2.3. Skema Proses Elektro Kimia Pengolahan Limbah Padat Percetakan
Industri percetakan juga banyak menghasilkan limbah padat. Limbah padat yang dihasilkan antara lain kertas, kain lap yang sudah terkontaminasi (tinta, pelarut, pelumas dan lain-lain). Limbah kertas pada umumnya dapat dimanfaatkan kembali atau didaur ulang sebagai bahan baku produksi kertas tisu atau untuk kertas kerajinan.
Limbah padat kain yang telah terkontaminasi dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, sebab bahan kontaminan yang ada pada umumnya masuk dalam kategori bahan berbahaya. Untuk menghindari terjadinya pencemaran akibat limbah padat ini, maka kain lap bekas dari industri percetakan harus dikelola dengan baik. Pengelolaan dapat dilakukan bersama-sama dengan kegiatan yang menghasilkan limbah sejenis. Limbah padat ini ditempatkan pada suatu wadah dan dihindari terjadinya kontak dengan udara terbuka maupun air hujan.
Jika terjadi kontak dengan udara secara langsung, maka kontaminan bahan pelarut pada kain lap bekas dapat menguap ke udara bebas dan menimbulkan pencemaran udara. Jika terjadi kontak dengan air hujan, maka bahan kontaminan yang menempel pada kain lap dapat larut dan terbawa oleh aliran air sehingga akan mencemari lingkungan sekitarnya.
Pewadahan harus tertutup dan dalam selang waktu tertentu diangkut untuk dibakar dengan insenerator. Limbah jenis ini, biasanya dihasilkan dalam jumlah yang relatif kecil, sehingga jika setiap industri percetakan melakukan pembakaran dengan insenerator sendiri akan memerlukan biaya investasi maupun operasional yang lebih mahal. Untuk mengatasi hal ini, maka pembakaran dapat dilakukan bersama –sama dengan para penghasil limbah sejenis di tempat atau perusahaan yang telah memiliki fasilitas insenerasi, seperti rumah sakit.
Dalam paradigma baru, sampah dapat dilihat sebagai sumber daya. Konsep pengelolaan sampah paradigma baru itu ialah dengan konsep 3R (reduce, reuse, dan recycle). Termasuk juga kertas, yang tadinya hanya dianggap sebagai sampah kini telah mulai dilihat sebagai salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan, sehingga pemilihan dan penggunaannya pun harus dilakukan secara bijak. Kegiatan mengurangi (reduce) pemakaian kertas dapat berupa sikap menghindari pemakaian kertas yang boros. Sedangkan untuk guna ulang (reuse), misalnya, kertas atau box karton yang telah kita pakai bisa dipakai kembali untuk keperluan lain. Untuk daur ulang (recycle) sampah kertas bisa dijadikan art paper atau untuk bahan baku pulp kualitas rendah.
Gambar 2.4. Foto Insenerator
Sementara itu, agar sampah kertas dapat dimanfaatkan secara optimal, proses pemilahan sampah kertas sebaiknya dilakukan langsung di sumbernya. Tanpa terpilah terlebih dahulu, sampah kertas akan bercampur dengan sampah jenis lainnya sehingga akan mudah terdekomposisi atau hancur. Akibatnya sampah kertas tersebut tidak dapat dimanfaatkan atau didaur ulang lagi. Pemilahan sampah kertas di sumbernya perlu dioptimalkan, baik di rumah tangga, pertokoan, perkantoran atau industri yang memakai kertas. Peran aktif masyarakat merupakan kunci utama dalam proses pemilahan. Penyebaran informasi tentang pentingnya pemilahan sampah kertas dapat dilakukan dalam bentuk penyuluhan, brosur, dsb. Kegiatan penyebaran informasi sebaiknya dilakukan oleh pemerintah.
Tindak lanjut setelah terpilahnya sampah kertas adalah menjualnya langsung ke lapak atau memanfaatkannya menjadi kertas daur ulang atau art paper. Daur ulang kertas sebaiknya terintegrasi dengan kegiatan pemanfaatan jenis sampah lain seperti plastik, logam, dan sampah organik dalam bentuk industri kecil daur ulang (IKDU) sampah. Dalam IKDU, keterlibatan para pihak pengelola sampah sangat penting. Para pihak tersebut antara lain pemerintah, masyarakat umum, LSM, pengusaha daur ulang, dan pemulung. Para pihak harus mempunyai peranan yang seimbang dalam mendukung pengelolaan sampah.
Pengolahan Limbah Cair Percetakan
Limbah cair dari kegiatan cuci cetak foto banyak mengandung krom. Krom valensi enam (krom heksavalen) merupakan bahan kimia yang sangat beracun, sehingga keberadaannya di dalam limbah harus ditangani dengan sangat hati-hati. Untuk menurunkan tingkat racun dari krom heksavalen ini dapat dilakukan dengan mengadakan reaksi redoks. Krom heksavalen dapat direduksi menggunakan sulfur dioksida (SO2) menjadi krom trivalen yang mempunyai tingkat/daya racun jauh lebih rendah daripada krom heksavalen. Krom trivalen lebih aman daripada krom heksavalen sehingga lebih dapat diterima di lingkungan. Reaksi dasar dari krom ini adalah sebagai berikut:
Limbah yang berbentuk cair mudah masuk ke dalam tanah maupun periran umum. Mobilitas limbah ini sangat cepat dengan jangkauan yang luas karena limbah cair mudah sekali terbawa oleh aliran air. Dengan adanya sifat ini, pengawasan limbah cair lebih sulit dilakukan daripada limbah padat. Mobilitas limbah cair yang cepat dan luas juga mengakibatkan limbah ini mudah sekali masuk ke dalam jaring-jaring rantai makanan, yang pada akhirnya akan masuk ke dalam tubuh manusia.
Limbah cair industri percetakan harus ditampung dengan alat penampungan khusus dan terhindar dari kotoran lainnya, sebab bahan pengotor lain dapat mengganggu proses elektrolisis sehingga dapat meningkatkan biaya pengolahan. Alat penampungan limbah cair harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap karat dan tertutup rapat, bersih dan diberi label ‘LIMBAH BERACUN”.
Bahan kemasan dapat berupa jerigen plastik yang kuat, sementara label dari kertas yang disablon sehingga warnanya tidak luntur atau dicat langsung pada kemasan. Jauhkan kemasan dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan serta nyala api. Dalam jangka waktu tertentu, limbah ini dikirim ke perusahaan pengolah limbah cair B3 secara langsung atau melalui perusahaan pengumpul limbah B3.
Gambar 2.5. Alat & Label Kemasan Limbah Cair Beracun
Pengolahan limbah cair yang mengandung logam dapat dilakukan dengan teknik elektrolisis guna mengambil kembali kandungan logam yang ada. Logam hasil pemisahan ini dapat dimanfaatkan kembali atau digunakan untuk membuat produk lain yang bermanfaat. Cairan hasil pemisahan logam dipanaskan di dalam boiler kemudian dipekatkan dengan evaporator. Sludge hasil pemekatan dari evaporator dikeringkan dalam drum dryer kemudian disimpan dan dikirim ke landfill / unit penimbunan limbah B3. Uap dari evaporator sebelum dibuang discrubber terlebih dahulu untuk melarutkan bahan berbahaya yang kemungkinan masih terikut di dalam uap tersebut. Uap yang telah discrubber kemudian dibakar dengan insenerator, baru kemudian dibuang ke lingkungan. Diagram alir teknik pengolahan limbah B3 cair tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6. Diagram alir Teknik Pengolahan Limbah B3 Cair